Rabu, 06 Mei 2015

Cerbung Bagas Rahman Dwi Saputra capter - 3

Gimana capter 2nya teman?

Ini capter 3nya..semoga kalian suka...




Bel istirahat berbunyi, semua berhambur keluar kelas, tak terkecuali Elsa. Dia bersama kedua temannya yang bernama Vina dan Shania sedang menuju kantin ketika tak sengaja Bagas menabrak salah satu teman Elsa yang bernama Vina hingga terjatuh.
“eh, maaf ya gue gak sengaja. Lo gak papa kan?”, ucap Bagas sambil mengulurkan tangan untu membantu Vina. Elsa dan Shania juga ikut membantu Vina berdiri.
“iya, gue gak papa kok”, awalnya Vina terlihat kesal karena ditabrak sampai terjatuh, tapi setelah melihat wajah Bagas dia seperti langsung menaruh hati kepada Bagas. “makasih ya udah bantuin gue”. Malah sampai dia berterima kasih kepada Bagas yang sudah menabraknya.
“iya sama-sama, sekali lagi gue minta maaf ya”, lalu Bagas baru menyadari bahwa disitu ada Elsa, “Elsa. Gue baru nyadar loh kalo lo disini”
“iya gas. Eh kalian udah pada kenal belum? Ini Bagas, anak kelas 11-5. Bagas, ini Vina dan ini Shania”. Mereka berkenalan sambil berjabat tangan. Setelah berkenalan, Elsa langsung mengajak kedua temannya untuk segera ke kantin.
“eh temen-temen, ayuk ke kantin. Gas, gue ke kantin dulu ya…atau lo mau ikut bareng kita?”
“oh, enggak deh sa, lain kali ajah ya. gue lagi buru-buru nih”
“emm gitu, ya udah deh. Duluan ya gas”
“iya sa, bye”
Elsa, Vina dan Shaniapun langsung melanjutkan perjalanan mereka ke kantin, tiba-tiba Vina bertanya kepada Elsa tentang Bagas.
“sa, kok lo bisa kenal sama anak 11-5 sih? Dia bukan cowok baru lo kan?”, Tanya Vina agak ngawur.
“ya ampun..Vina! ngaco banget sih lo! Ya bukan lah..gue kenal Bagas juga baru kemarin, kita ketemu di pesawat. Dia juga baru dari Bali bareng temen-temennya”, setelah berkata demikian, seperti ada yang mengganjal di hati Elsa. Tapi dia buru-buru menepisnya.
“oh gitu..syukur deh kalo Bagas bukan cowok lo, hehe”. Ucapan Vina tadi membuat Elsa dan Shania tersedak minuman.
“Vina!”, bentak Shania karena kaget.
“maksud lo apa vin?jangan bilang lo naksir sama Bagas?”, selidik Elsa.
“kayaknya iya deh sa, lo kan tahu sendiri, nih orang satu kan suka koleksi cowok”, canda Shania yang langsung disususl timpukan sendok teh oleh Vina.
“haha..iya San, bener banget tuh”, Elsa sependapat dengan Shania.
“Elsa, Shania! Apaan sih? Namanya juga lagi usaha, ya gak papa dong?” vina membela diri.
“iya deh gak papa..”, jawab Elsa dan Shania dengan kompak.
“eh sa, ngomong-ngomong lo tahu nomor hpnya gak? Gue minta dong?”, pinta Vina kepada Elsa yang sudah siap mencatat nomornya didalam hp.
“gue gak punya vin, coba lo minta sendiri, biasanya kan juga gitu, haha” lagi-lagi Vina diledek oleh kedua sahabatnya.
Meskipun Vina punya banyak koleksi cowok, tapi prestasinya di kelas tidak pernah jelek. Dia adalah salah satu murid kebanggaan SMA 55. Seorang penari dan atlet renang.
Kriiing..kriiingg…
Bel menghentikan percakapan Elsa, Vina dan Shania. Mereka bertiga langsung berlari menuju kelas. Sesampainya dikelas, ada pengumuman bahwa hari ini sekolah pulang lebih awal karena semua guru akan mengadakan rapat. Elsa bukannya langsung pulang seperti teman-temannya yang lain, melainkan dia mampir dulu ke perpustakaan sekolah. Letak perpustakaan sekolah melewati lapangan basket. Disana Elsa melihat Bagas sedang latihan basket bersama timnya. “oh..jadi Bagas itu anggota tim basket? Kudet banget gue ya, haha”, Elsa cekikikan sendiri, dan ketika Elsa berjalan lagi, Bagas tidak sengaja melihat Elsa.

Senin, 27 April 2015

Cerbung Bagas Rahman Dwi Saputra capter - 2

gimana cerbung kemarin kawan? aku lanjutin lagi ya...

oya, aku lupa belum kasih judul. judulnya adalah "KISAH CINTA BAGAS ELSA" (KCBE)


Elsa menerima sapu tangan dari Bagas itu, dan langsung diseka air matanya itu dengan sapu tangan pemberian Bagas. “Makasih ya..”, tiba-tiba kalimat itu keluar dari mulut Elsa. Memang, sudah seminggu Elsa tidak mau berbicara kepada siapa saja, tapi kali ini dia mengucapkan 1 kalimat kepada Bagas, plus senyuman manisnya lagi. Bagas saja langsung melongo saat melihat Elsa tersenyum, dia baru menyadari bahwa gadis disebelahnya begitu cantik. Bagas hanya mengangguk menjawab ucapan dari Elsa. Lalu dia mengulurkan tangannya, “namaku Bagas, kamu?” ,Elsa menerima jabatan tangan Bagas dan menjawab ,”Elsa”.
“kamu asli Bali?”, tanya bagas.
“Bukan, di Bali cuma jalan-jalan aja. Aku asli Jakarta. Kamu sendiri?”. “sama, aku juga asli Jakarta. Di Bali lagi jalan-jalan sama temen-temen, malah pulangnya ditinggalin, hehe”, Elsa ikut terkekeh mendengar ucapan Bagas. “haha..kasihan banget”.
“hehe..iya nih. Oya, ngomong-ngomong kamu sekolah dimana?”.
“aku sekolah di SMA 55 Jakarta”, jawab Elsa cepat.
“loh? Sama dong kayak aku. Kok aku gak pernah lihat kamu ya? Emang kamu kelas berapa?”. “oh ya? Aku juga belum pernah lihat kamu. Aku kelas 11-1”. “oh..pantesan..aku anak 11-5. Kelas kamu jauh dari kelas aku”. Disekolah Elsa, kelas Elsalah kelas favorite. Kelasnya anak-anak pinter dan berprestasi. Sementara kelas Bagas adalah kelas lumayan jelek (jelek prestasinya maksudnya), karena kelas paling jelek itu 11-8, berarti kelas 11-5 belum terlalu parah lah..hehe. Dan jarak antara kelas Elsa dan Bagas memang lumayan jauh, karena semua kelas favorite dilantai paling bawah. Meskipun dilantai paling bawah, kelasnya full AC, disetiap meja di sediakan 1 computer. Dan posisinyapun sangat strategis. Dekat dengan pintu masuk/keluar sekolah, WC, dan kantin. Jadi, kemungkinan tidak ada kata telat untuk anak-anak kelas favorite. Sementara kelas Bagas? Seperti kelas yang terisolir. Berada di lantai paling atas atau lantai 3. Untuk ke kantin butuh waktu 5 menit bolak-balik, belum ngantrinya, belum waktu buat makannya..huuftss..ampun banget deh..pasti anak kelas lantai 3 selalu telat masuk kelas setiap habis pergi ke kantin.
Kembali ke Elsa dan Bagas di dalam pesawat. Kini keduanya sedang berada dalam pikirannya masing-masing. Elsa sedang memikirkan Galang yang sangat dirindukannya, sedangkan Bagas sedang memikirkan bagaimana cara meminta kembali sapu tangan pemberian Intan. Sambil memandang keluar pesawat, Elsa kembali larut dalam kesedihannya, lagi-lagi air matanya membasahi pipinya yang mulus. Hatinya kembali menjerit memanggil nama Galang, “GALAAAANNGGG…KENAPA KAMU NINGGALIN AKU SECEPET INI?!aku kesepian lang, aku kangen sama kamu lang…aku…aku…”senggukan Elsa semakin keras. Bagas kaget mendengarnya, lalu ditepuk-tepuknya pundak Elsa. Elsa sudah gak bisa lagi melanjutkan prolog hatinya. Dengan cepat Elsa memeluk Bagas. Awalnya Bagas ragu menerima pelukan dari Elsa, tapi ia kasihan jika haus melepaskannya. Akhirnya dia membalas pelukan Elsa dan mengelus-elus rambut Elsa. “nangis aja sa, gak papa, kalo dengan nangis bisa buat kamu tenang. Kamu bisa cerita nanti sama aku tentang masalah kamu. Siapa tahu aku bisa bantu cari jalan keluarnya”. Elsa belum bisa berkata apa-apa, dia hanya mengangguk sebagai jawaban dari pernyataan Bagas. Dalam hati Elsa, Elsa berkata, “pelukan ini?hangat..seperti hangatnya tubuh kamu lang..apa mungkin Bagas itu?gak mungkin..tapi, kenapa bisa sama seperti ini? Aku seperti lagi dipeluk kamu lang…”, makin erat pelukan Elsa kepada Bagas. Yang ada dalam pikirannya sekarang ini adalah sedang dipeluk oleh Galang. Bagas mulai sesak nafas karena saking kencengnya Elsa memeluk dirinya. Dia memberanikan diri untuk berbicara kepada Elsa, “sa…Elsa..lo nggak papa kan?” .Elsa akhirnya sadar kalau seorang yang saat ini sedang dipeluknya itu ternyata bukan Galang. Dia buru-buru melepas pelukannya dan menjawab pertanyaan Bagas, “gak papa kok gas, gue Cuma kepikiran sama mantan gue”. “emang kenapa sama mantan lo?”, selidik Bagas.
“emm..mantan gue..mantan gue meninggal dunia”, jawab Elsa dengan suara parau. Bagas jadi merasa bersalah, “maafin gue ya sa..gue gak bermaksud..”.
“iya gak papa kok gas, makasih ya udah nenangin gue”.
“iya sama-sama sa, gak usah sungkan. Eh ya sa, tadi lo bilang mantan lo meninggal dunia? Mantan gue juga. Dia kecelakaan saat menuju rumah gue. Waktu itu adalah hari ulang tahun gue.” Bagas jadi ngebayangin kayak apa waktu mantannya kecelakaan. Dia emang gak lihat sendiri, tapi temannya ada yang melihat sendiri seperti apa kecelakaan itu terjadi.
Malam itu hujan gerimis, suasana jalan raya kota Jakarta cukup ramai. Jalan menuju rumah bagas melewati tikungan tajam yang menurun. Di jalan tersebut sepi, karena waktu itu sekitar pukul 20:00. Saat  itu Intan  tidak sendirian, tapi diantar oleh supir pribadiny. Dia menyuruh supirnya untuk mempercepat laju mobilnya karena ia sudah terlambat datang ke acara perayaan ulang tahun Bagas. Saat melewati tikungan tajam, dari arah berlawanan sebuah mobil APV melaju kencang. Supir Intan kaget. Dia membanting stir kekiri jalan dan menabrak pembatas jalan, lalu mobil Intan berputar-putar seperti baling-baling dan berhenti ketika menabrak pembatas jalan lagi di jalanan yang sudah rata. Lalu dimana ya kira-kira teman Bagas yang katanya jadi saksi? Ternyata dia naik motor berboncengan dengan temannya yang lain dan membuntuti mobil Intan. Intan dan supirnya meninggal ditempat karena setelah menabrak pembatas jalan yang kedua kalinya, mobil Intan meledak.
***
Bagas telah selesai dengan flashbacknya. Dia tak lagi merasa sedih jika mengingat kekasihnya yang telah tiada itu. Sudah kebal katanya. Bagas sudah menceritakan semuanya kepada Elsa ketika pesawatnya mendarat di Bandara Soekarno Hatta. Mereka berdua keluar dari pesawt bersa-sama. Sambil menunggu jemputan masing-masing, mereka berdua memutuskan untuk makan siang. “oh..jadi mantan lo juga meninggal gas? Kok kita sama lagi ya? lo kok bisa sih gak sedih lagi kalo inget sama mantan lo?”. Bagas lalu menjawab, “kadang gue masih ngerasa sedih si tiap keinget dia..tapi, kalo gue sedih terus, dia disana juga pasti belum tenang. Dia pasti khawatirin gue yang disini masih sedih-sedihan terus, padahal dia disana ya..baik-baik aja”. “hmm..gitu ya? terus kalo lo lagi keinget sama dia, lo biasanya ngelakuin apa?”. “gue cuma doain dia. Bacain alfatikhah buat dia. Supaya dia disana tenang, bahagia, dan gak sedih ngeliat gue yang sekarang kayak gini, hehe”. “makasih ya gas, gue belajar dari lo hari ini, bahwa meskipun kita ditinggal pergi orang yang kita cintai, kita harus tetep seneng, gak boleh sedih-sedihan mulu. Hidup itu masih harus berjalan”. Bagas setuju, “iya sa, bener banget tuh. Kalo kita bener-bener sayang sama mereka, jangan kirim mereka dengan air mata kita, tapi kirimlah mereka dengan do’a. maka mereka akan bahagia disana”.
Baru sehari mereka bertemu, sudah terlihat kalau diantara mereka ada ikatan batin yang belum mereka sadari. Sedang asyiknya mereka menyantap, tiba-tiba handphone Elsa berbunyi, dia buru-buru mengangkatnya. Setelah selesai berbicara dengan yang diseberang sana, dia langsung kembali ke meja makan dan berpamitan dengan Bagas. Tapi sebelum berpamitan, dia menulis sesuatu di sebuah kertas. “gas, gue pulang duluan ya. Mama gue udah jemput di depan”. “oh gitu, iya gak papa sa, kamu hati-hati dijalan ya?”, jawab Bagas dengan senyum. Lalu Elsa menyerahkan kertas tadi kepada Bagas. Setelah kepergian Elsa, Bagas langsung membaca isi surat kecil Elsa. Isinya adalah :
Nama : Elsanisya Nur Aini
No hp : 085728544***
Pin : 57D6F998
Fb : Elsanisya N.A
Twitter : @elsanisya_N4
Ig : @elsanisyaaa
Bagas cengar-cengir sendiri membaca isi surat Elsa. “Elsa kok tahu ya, kalo gue pengen tau nomor hpnya?”. Langsung deh dia simpan kertas itu di dalam tasnya. Setelah itu dia bergegas keluar bandara dan mencari taksi. Loh kok nyari taksi? Katanya dijemput? Sebenernya Bagas itu gak dijemput, karena kedua orang tuanya gak tahu kalau Bagas pulang hari ini. Selain itu, dia juga ingin lebih lama bersama Elsa. Bagas..Bagas..ada-ada saja tuh orang! :D
Elsa telah sampai dirumah, dia sedang menyisir rambutnya yang basah karena habis keramas. Mamanya datang membawa brownis yang beliau buat sendiri khusus untuk Elsa. “sa, coba cicipin dulu deh brownis buatan mama”. Elsa langsung mencomot satu potong dan memakannya. “emm…”, ekspresi Elsa menggambarkan rasa kurang enak. Mamanya yang melihat jadi sedih dan bertanya, “gak enak ya? kurang apa emang sa?”.
“hehe..enak kok ma, kurang banyak!hee”, Elsa terkekeh sendiri melihat ekspresi mamanya yang seperti putus asa. “huh!mama kira gak enak”.
“enak kok mah, enak banget malah. Mama Cuma buat segini?”.
“enggak, dibawah masih ada. Mau mama ambilin lagi?”, tawar mama. “boleh, tapi..nanti aja deh mah”. Lalu, mama Elsa duduk diranjang Elsa sambil membereskan baju-baju yang Elsa keluarkan sembarangan dikasur. Beliau lalu bertanya pelan-pelan kepada anak semata wayangnya itu. “gimana di Bali? asik gak?”. “lumayan mah”, jawab Elsa singkat. “masih keinget juga?”.
“masih sih, tapi Elsa sadar, kalo Elsa terus-terusan sedih juga gak bakalan ngembaliin Galang kedunia ini. Dan ada yang bilang sama Elsa, kalo Elsa emang bener-bener sayang sama Galang, gak seharusnya Elsa kirim Galang sama tangisan, tapi Elsa harus kirim Galang do’a, supaya disana Galang bisa tenang, dan masuk syurga”. Mamanya terharu mendengar kata-kata Elsa, sangat jelas ia lihat bahwa putrinya sedang menahan air matanya agar tidak tumpah. Ia lalu berdiri disamping Elsa dan mengelus lembut rambut Elsa dengan penuh kasih sayang. “kamu bener sayang, itulah yang mama mau dari kamu. Kamu gak boleh terus-terusan terpuruk seperti kemarin. Semua itu udah ada yang garisin. Dan hidup itu harus terus berjalan. Jangan berhenti disini aja”, nasihat mamanya itu membuat Elsa menghambur kepelukan mamanya. Dia menangis tersedu-sedu dipelukan mamanya, “makasih ya mah, mama selalu ada buat Elsa. Mama selalu support Elsa. Elsa sayang mama”. Dia mempererat pelukannya kepada mamanya. “iya sama-sama sayang”, ucap mama Elsa sambil mencium kening Elsa. “udah jangan nangis lagi. Yuk, kita turun. Kayaknya papah bentar lagi pulang. Buat kejutan gitu..dia kan belum tahu kalau kamu udah sampai di Jakarta”. “haha..oke-oke mah”. Elsa langsung mencuci mukanya agar matanya tidak terlihat sembab. Setelah itu dia langsung turun mengikuti mamanya dari belakang.
Ketika ibu anak tersebut sedang asyik ngobrol, terdengar suara mobil. Elsa langsung mengambil posisi seperti yang telah ia dan mamanya rencanakan. Dia mengumpat di dapur sedangkan mamanya berpura-pura sedang duduk santai sambil membaca majalah disofa. “Assalamu’alaikum?mah, papah pulang”.
“eh papah, duduk dulu sini pah. Pasti papah capek, biar mama ambilin minum dulu ya”.
“iya ma, makasih ya”. yang diucapi terimakasih hanya membalas mengedipkan sebelah mata. Papah Elsa hanya tertawa melihat kelakuan isterinya. Dan ketika mama Elsa kembali membawa secangkir teh, dibelakangnya ada Elsa yang membawa sepiring brownis. Papa Elsa tidak menyadari kalau disitu sudah ada Elsa karena beliau sedang asik melihat acara televise. Akhirnya Elsa menutup mata papanya dari belakang. Papa elsa kaget. Sambil meraba-raba tangannya dia menyebut nama Elsa. “Elsa! Hah?ini pasti Elsa kan? Udah deh..papa udah hafal sama bau parfum kamu”.
Elsapun menyerah, “yaaah..papa gak asik nih, masa tahu sih kalau ini Elsa?”, ucap Elsa dengan bibir yang dimajukan 10 cm. waduh! Panjang amat ya?! :D.
“ya tahu lah..Elsa kan anak papah, masa gak hafal sama kelakuan sama bau anaknya sendiri sih?hehe”. mama Elsa hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala sendiri.
“Elsa kapan pulang?kok gak ngabarin papa dulu? Mama juga, kenapa gak cerita sama papa?”. Dengan kompak, Elsa dan mamanya menjawab, “KEJUTAAAANN..hehe”. papa Elsa hanya tertawa melihat keduanya.
Papa Elsa menyuruh Elsa untuk mengambilakan gitar di samping televisi. Kemudian beliau memetik senar dengan lembut hingga mengeluarkan sebuah nada yang indah
I can see you if you’re not with me
I can say to my self if you’re okay
I can feel you if you’re not with me
I can reach you my self, you show me the way
Sambil bernyanyi, dalam hati Elsa berkata, “Lang, sekarang aku udah gak sedih lagi. Kamu jangan khawatirin aku disana ya?aku sadar lang, Tuhan pasti punya rencana yang indah buat aku. Dan sebagai gantinya, Dia ngambil kamu dari aku. Aku kuat lang, semuanya karena mamaku, papa, dan teman baruku, Bagas. Tapi, meskipun begitu, aku tetep sayang kamu lang, love you Galang”.
Kicau burung bernyanyi. Tanda telah pagi. Dan embunpun telah memudar, menyongsong sang fajar. Elsa tengah memakai seragam sekolah kebanggaannya. Dia terlihat sangat bersemangat pergi kesekolah hari ini. Mungkin pengen cepet-cepet ketemu Bagas. Mungkin! :D. setelah selesai berdandan, dia langsung turun ke bawah untuk sarapan bersama mama dan papanya. “wah..masih jam segini udah cantik aja anak mama”, goda mama kepada Elsa.
“hehe..iya dong ma. Anaknya siapa dulu?hehe”. tiba-tiba papanya datang dan langsung ikutan jawab, “anak papa dong”.
“anak mama lah, kan mama yang lahirin”, mama Elsa tidak mau kalah. “udah udah..Elsa tuh anak mama sama papa”, Elsa melerai kedua orang tuanya dan memeluk keduanya.
Setelah Elsa selesai sarapan bersama keluarganya, ia berpamitan untuk berangkat sekolah. “mah, pa, Elsa berangkat dulu ya”.
“iya sayang, hati-hati ya”, jawab mama dan papanya bersamaan. Ketika keluar dari rumahnya,  Elsa terkejut karena melihat Bagas sedang duduk dimotornya didepan rumahnya. “Bagas!”. Bagas yang sedang bermain gadjet kaget namanya disebut seseorang yang ia sudah hafal suaranya. “eh Elsa, berangkat bareng yuk”.
“kok lo bisa tahu alamat rumah gue sih? Perasaan kemarin gue gak nyebutin alamat rumah deh”.
“emang enggak, gue cari tahu sendiri. Nanya sama temen-temen. Dan ternyata, lo terkenal juga ya. tapi kenapa gue bisa gak kenal lo?haha”.
“hehe..gak terkenal lah gas, Cuma banyak yang kenal”.
“hehe..iya iya. Ya udah yuk berangkat sekarang”.
“oke. Jadi, gue bonceng lo gitu?”.
“ya iya lah Elsa..masa gue udah jemput lo kerumah malah lo gue suruh naik bus”, Bagas agak kesel mendengar pertanyaan Elsa. Sampai mukanya ditekuk 8 lipatan :D.
“haha..oke oke. Gak usah dijelek-jelekin deh mukanya”, ucap Elsa sambil menonjok kecil lengan Bagas. Lalu dia naik ke motor Bagas, dan mereka berdua langsung berangkat ke sekolah.


Bersambung...

semoga kalian suka ya... terimakasih telah berkunjung :)

cerbung karangan : Indah Pratiwi

Minggu, 26 April 2015

Cerbung Bagas Rahman Dwi Saputra capter - 1

posting pertama. semoga yang baca suka

cerita ini hanya fiktif belaka ya..




Desiran ombak menyapu pasir putih. Matahari mulai beranjak dari peraduannya. Menyorotkan cahaya orange di langit biru sore ini. Pasir putih berhamburan dipinggir pantai. Sebuah kapal yang berlayar hanya terlihat kibasan bendera berwarna merah putih. Burung-burung mulai mencari tempat untuk berteduh. Hewan-hewan laut tak ada yang terlihat, hanya seekor kepiting yang berlari mengejar ombak.
Sunyi, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan pemandangan pantai Bali sore ini. Seorang gadis termenung melihat sunset diufuk barat. Rambutnya yang agak bergelombang bergoyang-goyang mengikuti irama angin. Tatapannya kosong, padahal pemandangan didepannya begitu menakjubkan. Tiba-tiba butiran-butiran cair mulai menetes dari matanya. Dia menangis. Betapa beratnya menahan luka dihatinya selama ini. Kekasihnya telah tiada ,akibat penyakit jantung yang dideritanya tanpa diketahui oleh si gadis tersebut yang ternyata bernama Elsa. Sudah 2 minggu sejak kepergian Galang, kesedihannya belum juga sembuh. Padahal dia sudah menahan dan mencoba untuk tidak mengingatnya lagi, tapi setiap saat pasti tanpa disadarinya, dia menangis. Karena kesedihan itulah, dia memutuskan untuk pergi berlibur ke pulau Bali. Tapi, sudah 3 hari dia di Bali, masih saja kesedihannya belum juga pulih.
Tanpa disadari, sudah hampir setengah jam ia menangis seorang diri dipinggir pantai. Ia lalu menyeka air matanya dan beranjak pergi. Setelah sampai dihotel, ia langsung memasukkan barang-barangnya kedalam koper. Elsa memutuskan untuk pulang ke Jakarta besok pagi
Bandara Ngurah Rai   08:30
Pagi di bandara Ngurah Rai, Bali cukup ramai. Beribu kata dari beratus orang Elsa dengar dari telinganya. Bau gurih roti panggang sangat menyengat di hidung para pengunjung bandara. Elsa tengah duduk dikursi tunggu sambil memegangi tiket pesawatnya. Ditempat keramaian saja ia masih melamun. Merasa dirinyalah orang yang paling kesepian dan menyedihkan didunia ini. Tiba-tiba ada seorang cowok berpostur tinggi, putih, memakai kaos abu-abu dibalut jaket lavis dan celanja jeans panjang juga sebuah ransel berukuran sedang digendong dipunggungnya. Cowok itu duduk di samping Elsa sambil terus ngedumel.Elsa meliriknya sekilas, lalu melanjutkan aktivitasnya, yaitu melamun.
“sial banget si gue hari ini. Udah bangun kesiangan, ditinggal temen-temen lagi. Eh tunggu dulu deh! Bukannya pulang ke Jakartanya tanggal 12 ya?” (padahal ya hari itu tanggal 12). Ckckc ..dari bicaranya saja sudah diketahui kalau cowok itu otaknya gak seganteng wajahnya.
“awas lo semua ya..gak akan selamat kalo ketemu gue nanti di Jakarta”. Diam sesaat, “gue oleh-olehin mama apaan ya?”, lalu dia membongkar isi tasnya dan menemukan apa yang ia cari, yaitu sebuah dompet. Ketika melihat isinya, raut wajahnya berubah menjadi sedih, “yah..uang gue juga udah habis. Kasihan mama, dia pasti nungguin oleh-oleh dari anaknya yang paling ganteng ini. Eh malah, gak dapet oleh-oleh apa-apa. Maafin Bagas ya ma..uang Bagas habis..jadi gak bisa bawain oleh-oleh buat mama”. Oh..ternyata cowok itu namanya Bagas. Padahal didepannya gak ada mamanya, tapi..bicaranya seolah-olah mamanya sekarang ada dihadapanya. Ckckck..persis seperti orang gila nih orang. Bersamaan dengan ucapan Bagas tadi, terdengar alunan musik dari…gak tahu juga sih arahnya dari mana. Hehe :D
                   Kembalikan lagi senyumku yang manis seperti dulu
                   Ku rasa kini aku tertahan
                   Menahan luka yang amat dalam
                   Kembalikan lagi senyumku aku tak betah begini
                   Semenjak hati dan jiwa luka
                   Ku kehilangan senyum…oh..
Tanpa Elsa sadari air matanya kembali jatuh membasahi pipinya. Bagas gak sengaja melihat Elsa dan kaget ketika dilihatnya Elsa sedang menangis. Dikiranya Elsa menangis karena terharu mendengar ceritanya. “udah mba, jangan nangis. Memang cerita saya itu sangat miris, tapi mba gak perlu sampai nangis-nangis seperti ini. Nanti dikira orang saya sudah apa-apakan mba lagi”, ucap Bagas dengan PDnya. Tapi yang diajak bicara malah tetep nangis, “saya bilang udah mba, jangan nangis terus. Saya gak papa kok! Ya..walaupun uang saya sudah habis dan ibu saya gak saya oleh-olehin. Beneran deh mba..udah lah mba nangisnya..” Bagas masih saja berpikiran bahwa Elsa menangisi dirinya. Tiba-tiba Bagas merasa ada yang aneh dengan gadis yang ia ajak bicara itu. Lalu dia mencermati lagu yang mengalun di bandara Ngurah Rai. Dia mengerti apa yang sebenarnya ditangisi gadis disebelahnya itu. Bagas lalu memalingkan mukanya karena malu dan mengucapkan kata maaf kepada Elsa. “hee..maaf ya mba, saya kira mba nangis karena mendengar cerita saya, ternyata saya salah. Mba nangis karena terharu mendengar lagu itu. Memang mba sedang ada masalah apa? Coba certain sama saya, siapa tahu saya bisa bantu..”, kali ini ucapan Bagas bersamaan dengan pemberitahuan keberangkatan pesawat dari Bali menuju Jakarta. Elsa yang dari tadi memang tidak mendengarkan ucapan Bagas, menghapus air matanya dan bangkit dari dudukya lalu bergegas menuju pesawat. Sementara Bagas masih menunggu jawaban dari Elsa, karena merasa ada yang aneh lagi, dia akhirnya memberanikan diri untuk menengok ke belakang. Ternyata lagi-lagi dia dicuekin oleh gadis itu. Malah lebih parah kali ini, dia ditinggal begitu saja. Lalu dia juga mendengar pemberitahuan keberangkatan pesawatnya. Dia langsung berlari kecil menuju pesawat.
Di dalam pesawat Elsa membuka tasnya dan mengambil album foto dirinya bersama Galang. Awalnya dia senyum-senyum sendiri bahkan tertawa kecil. Sungguh Elsa sangat cantik jika tersenyum, tapi senyumnya tiba-tiba menghilang dan dia kembali menangis dan terisak. Air matanya menetes tepat diwajah Galang. Buru-buru Elsa mengelapnya dengan jarinya, dalam hati ia berkata, “aku gak boleh nangis didepan Galang, dia pasti sedih kalo lihat aku nangis. Dia kan paling gak suka kalo aku nangis. Galang, kamu lagi apa sekarang? Apa kamu lihat aku diatas sana? Tolong bantu aku Galang, biar aku gak larut dalam kesedihan, aku gak mau kamu khawatirin aku. Galang..aku kangen kamu..”, air matanya jatuh semakin deras, dia benar-benar tidak bisa membendungnya kali ini.
Pesawat masih belum berangkat. Tiba-tiba ada seorang cowok yang duduk disebelahnya. Ternyata Bagas, lagi! Bagas juga tidak menyadari kalau orang yang duduk disebelahnya adalah gadis tadi. Dia baru menyadari ketika dia mendengar isakan dari orang yang duduk disebelahnya. Dan ketika meliriknya, “hah?cewek ini lagi? dan dia lagi nangis lagi? Ya ampun..”, katanya dalam hati. Lalu dia mengeluarkan sapu tangan dari saku jaketnya dan memberikannya kepada Elsa. “nih mba..pake aja”, ternyata Bagas baik juga. Padahal sapu tangan itu adalah hadiah ulang tahun pemberian dari mantan kekasihnya yang telah meninggal juga. Sejak Bagas dikasih sapu tangan itu sekitar 3 tahun lalu sampai sekarang, Bagas belum pernah memakainya. Bagas hanya membawanya kemanapun Bagas pergi tanpa dipakai. Tapi kali ini, gak tahu apa yang membuat Bagas merelakan sapu tangannya dipakai oleh orang lain, untuk yang pertama kalinya, dan belum ia kenal lagi orang itu. Seperti ada magnet yang mendorong Bagas memberikan sapu tangannya itu untuk Elsa.

Bersambung....

semoga kalian suka ya... terimakasih telah berkunjung :)

cerbung karangan : Indah Pratiwi


Rabu, 22 April 2015

tes halaman posting

testing link :
Klik link-1 untuk menuju facebook dan Klik link-2 untuk menuju twitter

testing gambar :












testing video :