Rabu, 06 Mei 2015

Cerbung Bagas Rahman Dwi Saputra capter - 3

Gimana capter 2nya teman?

Ini capter 3nya..semoga kalian suka...




Bel istirahat berbunyi, semua berhambur keluar kelas, tak terkecuali Elsa. Dia bersama kedua temannya yang bernama Vina dan Shania sedang menuju kantin ketika tak sengaja Bagas menabrak salah satu teman Elsa yang bernama Vina hingga terjatuh.
“eh, maaf ya gue gak sengaja. Lo gak papa kan?”, ucap Bagas sambil mengulurkan tangan untu membantu Vina. Elsa dan Shania juga ikut membantu Vina berdiri.
“iya, gue gak papa kok”, awalnya Vina terlihat kesal karena ditabrak sampai terjatuh, tapi setelah melihat wajah Bagas dia seperti langsung menaruh hati kepada Bagas. “makasih ya udah bantuin gue”. Malah sampai dia berterima kasih kepada Bagas yang sudah menabraknya.
“iya sama-sama, sekali lagi gue minta maaf ya”, lalu Bagas baru menyadari bahwa disitu ada Elsa, “Elsa. Gue baru nyadar loh kalo lo disini”
“iya gas. Eh kalian udah pada kenal belum? Ini Bagas, anak kelas 11-5. Bagas, ini Vina dan ini Shania”. Mereka berkenalan sambil berjabat tangan. Setelah berkenalan, Elsa langsung mengajak kedua temannya untuk segera ke kantin.
“eh temen-temen, ayuk ke kantin. Gas, gue ke kantin dulu ya…atau lo mau ikut bareng kita?”
“oh, enggak deh sa, lain kali ajah ya. gue lagi buru-buru nih”
“emm gitu, ya udah deh. Duluan ya gas”
“iya sa, bye”
Elsa, Vina dan Shaniapun langsung melanjutkan perjalanan mereka ke kantin, tiba-tiba Vina bertanya kepada Elsa tentang Bagas.
“sa, kok lo bisa kenal sama anak 11-5 sih? Dia bukan cowok baru lo kan?”, Tanya Vina agak ngawur.
“ya ampun..Vina! ngaco banget sih lo! Ya bukan lah..gue kenal Bagas juga baru kemarin, kita ketemu di pesawat. Dia juga baru dari Bali bareng temen-temennya”, setelah berkata demikian, seperti ada yang mengganjal di hati Elsa. Tapi dia buru-buru menepisnya.
“oh gitu..syukur deh kalo Bagas bukan cowok lo, hehe”. Ucapan Vina tadi membuat Elsa dan Shania tersedak minuman.
“Vina!”, bentak Shania karena kaget.
“maksud lo apa vin?jangan bilang lo naksir sama Bagas?”, selidik Elsa.
“kayaknya iya deh sa, lo kan tahu sendiri, nih orang satu kan suka koleksi cowok”, canda Shania yang langsung disususl timpukan sendok teh oleh Vina.
“haha..iya San, bener banget tuh”, Elsa sependapat dengan Shania.
“Elsa, Shania! Apaan sih? Namanya juga lagi usaha, ya gak papa dong?” vina membela diri.
“iya deh gak papa..”, jawab Elsa dan Shania dengan kompak.
“eh sa, ngomong-ngomong lo tahu nomor hpnya gak? Gue minta dong?”, pinta Vina kepada Elsa yang sudah siap mencatat nomornya didalam hp.
“gue gak punya vin, coba lo minta sendiri, biasanya kan juga gitu, haha” lagi-lagi Vina diledek oleh kedua sahabatnya.
Meskipun Vina punya banyak koleksi cowok, tapi prestasinya di kelas tidak pernah jelek. Dia adalah salah satu murid kebanggaan SMA 55. Seorang penari dan atlet renang.
Kriiing..kriiingg…
Bel menghentikan percakapan Elsa, Vina dan Shania. Mereka bertiga langsung berlari menuju kelas. Sesampainya dikelas, ada pengumuman bahwa hari ini sekolah pulang lebih awal karena semua guru akan mengadakan rapat. Elsa bukannya langsung pulang seperti teman-temannya yang lain, melainkan dia mampir dulu ke perpustakaan sekolah. Letak perpustakaan sekolah melewati lapangan basket. Disana Elsa melihat Bagas sedang latihan basket bersama timnya. “oh..jadi Bagas itu anggota tim basket? Kudet banget gue ya, haha”, Elsa cekikikan sendiri, dan ketika Elsa berjalan lagi, Bagas tidak sengaja melihat Elsa.
Perpustakaan SMA 55 sangat nyaman. Rak-rak buku ditata sebaik mungkin. Tempat untuk membaca terpisah dari rak buku. Di depan perpustakaan merupakan taman, tetapi ketika melihat keluar jendela yang ada dibelakang perpustakaan, disana terdapat bentangan sawah yang asri. Sehingga memungkinkan para siswa merasa nyaman dan betah berlama-lama untuk belajar di perpustakaan sekolah.
Elsa sedang membaca buku ditempat favoritnya, sebuah novel menjadi temannya kali ini di perpustakaan. Biasanya dia ke perpustakaan bersama Galang. Wajar, Galang itu satu kelas dengannya. Pakar olimpiade fisika disekolah. Dan tempat ia duduk saat inipun tempat yang biasa ia dan Galang tempati setiap kali ke perpustakaan. Tapi Elsa dengan cepat menepis kesedihannya. Dia sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak lagi bersedih dan terus-terusan mikirain Galang.
Hampir 2 jam Elsa membaca buku diperustakaan. Dan sekarang waktu menunjukkan pukul 16.00. Bagas menyempatkan diri untuk mengecek Elsa di perpustakaan. Sebenarnya dia juga tidak terlalu yakin apakah Elsa masih diperpustakaan atau tidak, tapi dia tetap menyusulnya. Dia kaget ketika melihat Elsa masih duduk manis, sendirian di meja perpustakaan. Dia menghampiri Elsa dan menyapanya.
“hai sa? Sendirian?”, Tanya Bagas hati-hati takut menggangu Elsa yang sedang asyik membaca. Elsa terlonjak kaget mendengar suara Bagas.
“Eh Bagas. Ngagetin ajah. Iya nih..”
“hee..maaf maaf”
“iya gak papa gas”
“mau pulang kapan? Bareng ajah sama gue”
“sebentar lagi juga pulang gas, emang sekarang jam berapa?”
“sekarang..jam 16:15”, jawab Bagas sambil memperlihatkan arlojinya kepada Elsa.
“udah lumayan sore juga ya. ya udah yuk, pulang aja. Gue juga ada janji sama mama”
“ya udah yuk”.
Sambil berjalan keluar sekolah, mereka berdua berbincang-bincang.
“Gas, gue baru tahu loh kalo lo juga tim basket”.
“hehe..ya jelas lah sa, emang lo pernah memperhatiin tim basket sekolah kita? Enggak kan?”
“iya juga si gas, hehe. Lo tahu aja”
“ya tahu lah..cewek kaya lo itu gampang ditebak. Sukanya baca buku, kalo pergi ke perpustakaan, jarang banget sama yang namanya keluar rumah”.
“haha..pinter juga lo gas. Salah tuh kepala sekolah nempatin lo di kelas 11-5”
“lo lagi muji gue atau gimana sa?”, muka Bagas langsung agak BT.
“hehe..becanda kali gas”
“iya deh iya”
Ternyata mereka berdua sudah sampai di parkiran sekolah, Bagas langsung menyuruh Elsa untuk naik ke motornya karena sudah mendung.
“ayo naik sa, udah mendung nih. Takut kehujanan. Nanti lo sakit lagi”.
“iya gas..ayo”
Dan benar saja, diperjalanan pulang Elsa dan Bagas kena hujan. Akhirnya Bagas memutuskan untuk berteduh dibawah sebuah pohon yang rindang. Dan dia melihat Elsa menggigil kedinginan.
“dingin ya sa?”
“enggak kok gas”, jawab Elsa menyembunyikan dinginnya.
“gak usah ngeles deh, tuh mukanya pucet”, elak Bagas sambil melepas jaketnya, lalu dia melanjutkan percakapannya, “nih, pake aja jaket gue”, ucap Bagas sambil memakaikan jaketnya kepada Elsa.
“gak usah gas, gue gak papa kok. Beneran”, Elsa masih saja sungkan, tapi tak bisa menolak.
Elsa jadi ingat mau mengembalikan sapu tangan yang dulu ia dapat dari Bagas. “oya gas, gue jadi inget mau ngembaliin ini”, ucap Elsa sambil menyerahkan sapu tangan ke Bagas.
“oh..iya sa. Sebenernya juga gue pengen sapu tangannya langsung dikembaliin aja kemarin, tapi gue gak enak ngomongnya sama lo, jadi gue biarin deh lo bawa sapu tangan ini pulang”, ucap Bagas dengan polosnya.
“gitu ya gas? Aduh..sorry banget ya. emang kenapa si sama sapu tangan ini?”
“sapu tangan ini hadiah ulang tahun dari Intan yang belum sempet dia kasih ke gue. Karena kecelakan itu loh, yang pernah gue certain. Sebelum dia meninggal, sering gue liat dia lagi nyulam. Dan ternyata hasilnya seperti ini”.
Gambar seekor kupu-kupu berwarna kuning cerah yang sedang menghisap madu bunga mawar merah diatas sebuah kain berwarna putih bersih membuatnya terlihat sangat cantik.
“ya ampun gas, gue minta maaf banget ya. gue bener-bener gak tau. lo juga si, kenapa gak langsung diambil aja kemarin?”
“gak papa kok sa, gue kan udah bilang, gue bingung gimana cara ngomongnya sama lo, hehe”.
“emm..iya deh, paham ajah. Eh, pulang yuk, hujannya udah mendingan”
“oke”
Mereka berdua lalu melanjutkan perjalanan pulang.

Bersambung...

jangan lupa tinggalkan komentar kalian.. :)

cerbung karangan : Indah Pratiwi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar