Ini capter 3nya..semoga kalian suka...
Bel
istirahat berbunyi, semua berhambur keluar kelas, tak terkecuali Elsa. Dia
bersama kedua temannya yang bernama Vina dan Shania sedang menuju kantin ketika
tak sengaja Bagas menabrak salah satu teman Elsa yang bernama Vina hingga
terjatuh.
“eh, maaf ya gue gak sengaja. Lo gak papa kan?”, ucap Bagas sambil mengulurkan tangan untu
membantu Vina. Elsa dan Shania juga ikut membantu Vina berdiri.
“iya, gue
gak papa kok”, awalnya Vina terlihat kesal karena ditabrak sampai terjatuh,
tapi setelah melihat wajah Bagas dia seperti langsung menaruh hati kepada
Bagas. “makasih ya udah bantuin gue”. Malah sampai dia berterima kasih kepada Bagas yang sudah menabraknya.
“iya
sama-sama, sekali lagi gue minta maaf ya”, lalu Bagas baru menyadari bahwa
disitu ada Elsa, “Elsa. Gue baru nyadar loh kalo lo disini”
“iya gas. Eh
kalian udah pada kenal belum? Ini Bagas, anak kelas 11-5. Bagas, ini Vina dan
ini Shania”. Mereka berkenalan sambil berjabat tangan. Setelah berkenalan, Elsa
langsung mengajak kedua temannya untuk segera ke kantin.
“eh
temen-temen, ayuk ke kantin. Gas, gue ke kantin dulu ya…atau lo mau ikut bareng
kita?”
“oh, enggak
deh sa, lain kali ajah ya. gue lagi buru-buru nih”
“emm gitu,
ya udah deh. Duluan ya gas”
“iya sa,
bye”
Elsa, Vina
dan Shaniapun langsung melanjutkan perjalanan mereka ke kantin, tiba-tiba Vina
bertanya kepada Elsa tentang Bagas.
“sa, kok lo
bisa kenal sama anak 11-5 sih? Dia bukan cowok baru lo kan?”, Tanya Vina agak
ngawur.
“ya
ampun..Vina! ngaco banget sih lo! Ya bukan lah..gue kenal Bagas juga baru
kemarin, kita ketemu di pesawat. Dia juga baru dari Bali bareng
temen-temennya”, setelah berkata demikian, seperti ada yang mengganjal di hati
Elsa. Tapi dia buru-buru menepisnya.
“oh
gitu..syukur deh kalo Bagas bukan cowok lo, hehe”. Ucapan Vina tadi membuat
Elsa dan Shania tersedak minuman.
“Vina!”,
bentak Shania karena kaget.
“maksud lo
apa vin?jangan bilang lo naksir sama Bagas?”, selidik Elsa.
“kayaknya
iya deh sa, lo kan tahu sendiri, nih orang satu kan suka koleksi cowok”, canda
Shania yang langsung disususl timpukan sendok teh oleh Vina.
“haha..iya
San, bener banget tuh”, Elsa sependapat dengan Shania.
“Elsa,
Shania! Apaan sih? Namanya juga lagi usaha, ya gak papa dong?” vina membela
diri.
“iya deh gak
papa..”, jawab Elsa dan Shania dengan kompak.
“eh sa,
ngomong-ngomong lo tahu nomor hpnya gak? Gue minta dong?”, pinta Vina kepada
Elsa yang sudah siap mencatat nomornya didalam hp.
“gue gak
punya vin, coba lo minta sendiri, biasanya kan juga gitu, haha” lagi-lagi Vina
diledek oleh kedua sahabatnya.
Meskipun
Vina punya banyak koleksi cowok, tapi prestasinya di kelas tidak pernah jelek.
Dia adalah salah satu murid kebanggaan SMA 55. Seorang penari dan atlet renang.
Kriiing..kriiingg…
Bel
menghentikan percakapan Elsa, Vina dan Shania. Mereka bertiga langsung berlari
menuju kelas. Sesampainya dikelas, ada pengumuman bahwa hari ini sekolah pulang
lebih awal karena semua guru akan mengadakan rapat. Elsa bukannya langsung
pulang seperti teman-temannya yang lain, melainkan dia mampir dulu ke
perpustakaan sekolah. Letak perpustakaan sekolah melewati lapangan basket.
Disana Elsa melihat Bagas sedang latihan basket bersama timnya. “oh..jadi Bagas
itu anggota tim basket? Kudet banget gue ya, haha”, Elsa cekikikan sendiri, dan
ketika Elsa berjalan lagi, Bagas tidak sengaja melihat Elsa.
Elsa sedang
membaca buku ditempat favoritnya, sebuah novel menjadi temannya kali ini di
perpustakaan. Biasanya dia ke perpustakaan bersama Galang. Wajar, Galang itu
satu kelas dengannya. Pakar olimpiade fisika disekolah. Dan tempat ia
duduk saat inipun tempat yang biasa ia dan Galang tempati setiap kali ke perpustakaan.
Tapi Elsa dengan cepat menepis kesedihannya. Dia sudah berjanji kepada dirinya
sendiri untuk tidak lagi bersedih dan terus-terusan mikirain Galang.
Hampir 2 jam
Elsa membaca buku diperustakaan. Dan sekarang waktu menunjukkan pukul 16.00.
Bagas menyempatkan diri untuk mengecek Elsa di perpustakaan. Sebenarnya dia
juga tidak terlalu yakin apakah Elsa masih diperpustakaan atau tidak, tapi dia
tetap menyusulnya. Dia kaget ketika melihat Elsa masih duduk manis, sendirian
di meja perpustakaan. Dia menghampiri Elsa dan menyapanya.
“hai sa?
Sendirian?”, Tanya Bagas hati-hati takut menggangu Elsa yang sedang asyik
membaca. Elsa terlonjak kaget mendengar suara Bagas.
“Eh Bagas.
Ngagetin ajah. Iya nih..”
“hee..maaf
maaf”
“iya gak
papa gas”
“mau pulang
kapan? Bareng ajah sama gue”
“sebentar
lagi juga pulang gas, emang sekarang jam berapa?”
“sekarang..jam
16:15”, jawab Bagas sambil memperlihatkan arlojinya kepada Elsa.
“udah
lumayan sore juga ya. ya udah yuk, pulang aja. Gue juga ada janji sama mama”
“ya udah
yuk”.
Sambil
berjalan keluar sekolah, mereka berdua berbincang-bincang.
“Gas, gue
baru tahu loh kalo lo juga tim basket”.
“hehe..ya
jelas lah sa, emang lo pernah memperhatiin tim basket sekolah kita? Enggak
kan?”
“iya juga si
gas, hehe. Lo tahu aja”
“ya tahu
lah..cewek kaya lo itu gampang ditebak. Sukanya baca buku, kalo pergi ke
perpustakaan, jarang banget sama yang namanya keluar rumah”.
“haha..pinter
juga lo gas. Salah tuh kepala sekolah nempatin lo di kelas 11-5”
“lo lagi
muji gue atau gimana sa?”, muka Bagas langsung agak BT.
“hehe..becanda
kali gas”
“iya deh
iya”
Ternyata
mereka berdua sudah sampai di parkiran sekolah, Bagas langsung menyuruh Elsa
untuk naik ke motornya karena sudah mendung.
“ayo naik
sa, udah mendung nih. Takut kehujanan. Nanti lo sakit lagi”.
“iya
gas..ayo”
Dan benar
saja, diperjalanan pulang Elsa dan Bagas kena hujan. Akhirnya Bagas memutuskan
untuk berteduh dibawah sebuah pohon yang rindang. Dan dia melihat Elsa
menggigil kedinginan.
“dingin ya
sa?”
“enggak kok
gas”, jawab Elsa menyembunyikan dinginnya.
“gak usah
ngeles deh, tuh mukanya pucet”, elak Bagas sambil melepas jaketnya, lalu dia
melanjutkan percakapannya, “nih, pake aja jaket gue”, ucap Bagas sambil
memakaikan jaketnya kepada Elsa.
“gak usah
gas, gue gak papa kok. Beneran”, Elsa masih saja sungkan, tapi tak bisa
menolak.
Elsa jadi
ingat mau mengembalikan sapu tangan yang dulu ia dapat dari Bagas. “oya gas,
gue jadi inget mau ngembaliin ini”, ucap Elsa sambil menyerahkan sapu tangan ke
Bagas.
“oh..iya sa.
Sebenernya juga gue pengen sapu tangannya langsung dikembaliin aja kemarin,
tapi gue gak enak ngomongnya sama lo, jadi gue biarin deh lo bawa sapu tangan
ini pulang”, ucap Bagas dengan polosnya.
“gitu ya
gas? Aduh..sorry banget ya. emang kenapa si sama sapu tangan ini?”
“sapu tangan
ini hadiah ulang tahun dari Intan yang belum sempet dia kasih ke gue. Karena
kecelakan itu loh, yang pernah gue certain. Sebelum dia meninggal, sering gue
liat dia lagi nyulam. Dan ternyata hasilnya seperti ini”.
Gambar
seekor kupu-kupu berwarna kuning cerah yang sedang menghisap madu bunga mawar
merah diatas sebuah kain berwarna putih bersih membuatnya terlihat sangat
cantik.
“ya ampun
gas, gue minta maaf banget ya. gue bener-bener gak tau. lo juga si, kenapa gak langsung
diambil aja kemarin?”
“gak papa
kok sa, gue kan udah bilang, gue bingung gimana cara ngomongnya sama lo, hehe”.
“emm..iya
deh, paham ajah. Eh, pulang yuk, hujannya udah mendingan”
“oke”
Mereka
berdua lalu melanjutkan perjalanan pulang.
Bersambung...
jangan lupa tinggalkan komentar kalian.. :)
cerbung karangan : Indah Pratiwi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar