Minggu, 26 April 2015

Cerbung Bagas Rahman Dwi Saputra capter - 1

posting pertama. semoga yang baca suka

cerita ini hanya fiktif belaka ya..




Desiran ombak menyapu pasir putih. Matahari mulai beranjak dari peraduannya. Menyorotkan cahaya orange di langit biru sore ini. Pasir putih berhamburan dipinggir pantai. Sebuah kapal yang berlayar hanya terlihat kibasan bendera berwarna merah putih. Burung-burung mulai mencari tempat untuk berteduh. Hewan-hewan laut tak ada yang terlihat, hanya seekor kepiting yang berlari mengejar ombak.
Sunyi, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan pemandangan pantai Bali sore ini. Seorang gadis termenung melihat sunset diufuk barat. Rambutnya yang agak bergelombang bergoyang-goyang mengikuti irama angin. Tatapannya kosong, padahal pemandangan didepannya begitu menakjubkan. Tiba-tiba butiran-butiran cair mulai menetes dari matanya. Dia menangis. Betapa beratnya menahan luka dihatinya selama ini. Kekasihnya telah tiada ,akibat penyakit jantung yang dideritanya tanpa diketahui oleh si gadis tersebut yang ternyata bernama Elsa. Sudah 2 minggu sejak kepergian Galang, kesedihannya belum juga sembuh. Padahal dia sudah menahan dan mencoba untuk tidak mengingatnya lagi, tapi setiap saat pasti tanpa disadarinya, dia menangis. Karena kesedihan itulah, dia memutuskan untuk pergi berlibur ke pulau Bali. Tapi, sudah 3 hari dia di Bali, masih saja kesedihannya belum juga pulih.
Tanpa disadari, sudah hampir setengah jam ia menangis seorang diri dipinggir pantai. Ia lalu menyeka air matanya dan beranjak pergi. Setelah sampai dihotel, ia langsung memasukkan barang-barangnya kedalam koper. Elsa memutuskan untuk pulang ke Jakarta besok pagi
Bandara Ngurah Rai   08:30
Pagi di bandara Ngurah Rai, Bali cukup ramai. Beribu kata dari beratus orang Elsa dengar dari telinganya. Bau gurih roti panggang sangat menyengat di hidung para pengunjung bandara. Elsa tengah duduk dikursi tunggu sambil memegangi tiket pesawatnya. Ditempat keramaian saja ia masih melamun. Merasa dirinyalah orang yang paling kesepian dan menyedihkan didunia ini. Tiba-tiba ada seorang cowok berpostur tinggi, putih, memakai kaos abu-abu dibalut jaket lavis dan celanja jeans panjang juga sebuah ransel berukuran sedang digendong dipunggungnya. Cowok itu duduk di samping Elsa sambil terus ngedumel.Elsa meliriknya sekilas, lalu melanjutkan aktivitasnya, yaitu melamun.
“sial banget si gue hari ini. Udah bangun kesiangan, ditinggal temen-temen lagi. Eh tunggu dulu deh! Bukannya pulang ke Jakartanya tanggal 12 ya?” (padahal ya hari itu tanggal 12). Ckckc ..dari bicaranya saja sudah diketahui kalau cowok itu otaknya gak seganteng wajahnya.
“awas lo semua ya..gak akan selamat kalo ketemu gue nanti di Jakarta”. Diam sesaat, “gue oleh-olehin mama apaan ya?”, lalu dia membongkar isi tasnya dan menemukan apa yang ia cari, yaitu sebuah dompet. Ketika melihat isinya, raut wajahnya berubah menjadi sedih, “yah..uang gue juga udah habis. Kasihan mama, dia pasti nungguin oleh-oleh dari anaknya yang paling ganteng ini. Eh malah, gak dapet oleh-oleh apa-apa. Maafin Bagas ya ma..uang Bagas habis..jadi gak bisa bawain oleh-oleh buat mama”. Oh..ternyata cowok itu namanya Bagas. Padahal didepannya gak ada mamanya, tapi..bicaranya seolah-olah mamanya sekarang ada dihadapanya. Ckckck..persis seperti orang gila nih orang. Bersamaan dengan ucapan Bagas tadi, terdengar alunan musik dari…gak tahu juga sih arahnya dari mana. Hehe :D
                   Kembalikan lagi senyumku yang manis seperti dulu
                   Ku rasa kini aku tertahan
                   Menahan luka yang amat dalam
                   Kembalikan lagi senyumku aku tak betah begini
                   Semenjak hati dan jiwa luka
                   Ku kehilangan senyum…oh..
Tanpa Elsa sadari air matanya kembali jatuh membasahi pipinya. Bagas gak sengaja melihat Elsa dan kaget ketika dilihatnya Elsa sedang menangis. Dikiranya Elsa menangis karena terharu mendengar ceritanya. “udah mba, jangan nangis. Memang cerita saya itu sangat miris, tapi mba gak perlu sampai nangis-nangis seperti ini. Nanti dikira orang saya sudah apa-apakan mba lagi”, ucap Bagas dengan PDnya. Tapi yang diajak bicara malah tetep nangis, “saya bilang udah mba, jangan nangis terus. Saya gak papa kok! Ya..walaupun uang saya sudah habis dan ibu saya gak saya oleh-olehin. Beneran deh mba..udah lah mba nangisnya..” Bagas masih saja berpikiran bahwa Elsa menangisi dirinya. Tiba-tiba Bagas merasa ada yang aneh dengan gadis yang ia ajak bicara itu. Lalu dia mencermati lagu yang mengalun di bandara Ngurah Rai. Dia mengerti apa yang sebenarnya ditangisi gadis disebelahnya itu. Bagas lalu memalingkan mukanya karena malu dan mengucapkan kata maaf kepada Elsa. “hee..maaf ya mba, saya kira mba nangis karena mendengar cerita saya, ternyata saya salah. Mba nangis karena terharu mendengar lagu itu. Memang mba sedang ada masalah apa? Coba certain sama saya, siapa tahu saya bisa bantu..”, kali ini ucapan Bagas bersamaan dengan pemberitahuan keberangkatan pesawat dari Bali menuju Jakarta. Elsa yang dari tadi memang tidak mendengarkan ucapan Bagas, menghapus air matanya dan bangkit dari dudukya lalu bergegas menuju pesawat. Sementara Bagas masih menunggu jawaban dari Elsa, karena merasa ada yang aneh lagi, dia akhirnya memberanikan diri untuk menengok ke belakang. Ternyata lagi-lagi dia dicuekin oleh gadis itu. Malah lebih parah kali ini, dia ditinggal begitu saja. Lalu dia juga mendengar pemberitahuan keberangkatan pesawatnya. Dia langsung berlari kecil menuju pesawat.
Di dalam pesawat Elsa membuka tasnya dan mengambil album foto dirinya bersama Galang. Awalnya dia senyum-senyum sendiri bahkan tertawa kecil. Sungguh Elsa sangat cantik jika tersenyum, tapi senyumnya tiba-tiba menghilang dan dia kembali menangis dan terisak. Air matanya menetes tepat diwajah Galang. Buru-buru Elsa mengelapnya dengan jarinya, dalam hati ia berkata, “aku gak boleh nangis didepan Galang, dia pasti sedih kalo lihat aku nangis. Dia kan paling gak suka kalo aku nangis. Galang, kamu lagi apa sekarang? Apa kamu lihat aku diatas sana? Tolong bantu aku Galang, biar aku gak larut dalam kesedihan, aku gak mau kamu khawatirin aku. Galang..aku kangen kamu..”, air matanya jatuh semakin deras, dia benar-benar tidak bisa membendungnya kali ini.
Pesawat masih belum berangkat. Tiba-tiba ada seorang cowok yang duduk disebelahnya. Ternyata Bagas, lagi! Bagas juga tidak menyadari kalau orang yang duduk disebelahnya adalah gadis tadi. Dia baru menyadari ketika dia mendengar isakan dari orang yang duduk disebelahnya. Dan ketika meliriknya, “hah?cewek ini lagi? dan dia lagi nangis lagi? Ya ampun..”, katanya dalam hati. Lalu dia mengeluarkan sapu tangan dari saku jaketnya dan memberikannya kepada Elsa. “nih mba..pake aja”, ternyata Bagas baik juga. Padahal sapu tangan itu adalah hadiah ulang tahun pemberian dari mantan kekasihnya yang telah meninggal juga. Sejak Bagas dikasih sapu tangan itu sekitar 3 tahun lalu sampai sekarang, Bagas belum pernah memakainya. Bagas hanya membawanya kemanapun Bagas pergi tanpa dipakai. Tapi kali ini, gak tahu apa yang membuat Bagas merelakan sapu tangannya dipakai oleh orang lain, untuk yang pertama kalinya, dan belum ia kenal lagi orang itu. Seperti ada magnet yang mendorong Bagas memberikan sapu tangannya itu untuk Elsa.

Bersambung....

semoga kalian suka ya... terimakasih telah berkunjung :)

cerbung karangan : Indah Pratiwi


13 komentar: